Translate

4 Agu 2011

Cara Berpikir Guru Menentukan Prestasi Murid

Seorang guru harus berpikir maju, percaya akan kemajuan, dan mendesak untuk maju. Ada dua hal khusus yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pandangan progresif anda:
1. Pikirkan perbaikan dalam semua yang anda kerjakan
2. Pikirkan standart yang tinggi dalam semua yang anda kerjakan
Ada sebuah cerita menarik tentang bagaimana berpikir untuk maju yang saya kutip dari the magic of thinking big sebagai berikut.
Sebuah sekolah dasar di desa: delapan kelas, satu guru dan empat puluh anak semua berjejal di dalam empat dinding. Adanya seoarang guru baru, selalu merupakan preistiwa besar. Sebagaimana yang anda dapat anda bayangkan, selalu ada kekacauan. Selalu ada kenakalan di sekolah, termasuk mengunci guru di luar kelas. Kemudian ada kejadian yang lebih serius, seperti mengurung guru di dalam kelas selama berjam-jam. Lain waktu, seorang anak laki-laki di dalam kelas membawa anjingnya ke dalam ruang kelas.
Anak-anak ini bukan anak-anak nakal. Mencuri, kekerasan fisik, dan bahaya yang disengaja serta kejahatan bukan sasaran mereka. Mereka adalah anak-anak yang sehat dan dikondisikan oleh kehidupan pedesaan yang bersemangat dan mereka memerlukan saluran keluar untuk energi dan kepandaian mereka yang terpendam.
Suatu saat ada guru baru, entah bagaimana caranya guru tersebut berhasil bertahan di sekolah tersebut. Padaha sebelumnya banyak guru yang keluar-masuk sekolah tersebut. Guru tersebut menghasilkan prestasi yang sangat berbeda pada anak-anak tersebut. Ia mengimbau kebanggaan pribadi dan rasa hormat mereka. Ia mendorong mereka mengembangkan kemampuan membuat penilaian. Setiap anak diberikan tangguang jawab khusus seperti membersihkan papan tulis atau penghapus, atau menempelkan gambar diatas kertas untuk anak-anak yang lebih kecil.
Guru baru tersebut menemukan cara-cara kreatif memanfaatkan energi yang diarahkan secara begitu keliru beberapa bulan bsebelumnya. Program pendidikannya dipusatkan pada pembinaan karakter.”
Jika kita perhatikan cerita tersebut, mengapa anak-anak bertindak seperti setan pada satu tahun dan seperti malaikat pada tahun-tahun berikutnya? Perbedaannya adalah pada sang guru. Secara jujur, kita dapat menyalahkan anak-anak yang nakal. Dalam setiap kejadian guru menentukan langkah.
Guru-guru sebelumnya tidak peduli apakah anak-anak membuat kemajuan atau tidak. Mereka tidak menetapkan tujuan. Mereka tidak pernah mendorong murid, mereka tidak dapat mengendalikan kemarahannya. Mereka tidak suka mengajar. Sehingga murid-muridnya tidak suka belajar.
Akan tetapi, guru yang baru mempunya standar yang tinggi dan positif. Ia suka anak-anak dan ingin mereka mencapai sesuatu. Ia menganggap setiap anak sebagai individu. Ia memperoleh disiplin dengan mudah karena dalam segala yang ia kerjakan, ia mengerjakannya dengan disiplin yang baik. Dan dalam setiap hal, murid-murid menyesuaikan tingkah laku mereka agar cocok dengan contoh yang dibuat oleh gurunya.
Mahasiswa juga berpedoman pada contoh yang dibuat oleh dosen-dosen mereka. Mahasiswa yang dibimbing oleh dosen menyontek dalam ujian semester, dan berkomplot dalam pelbagai cara agar lulus tanpa belajar secara serius. Akan, tetapi mahasiswa yang sama di bawah bimbingan dosen yang lain bersedia bekerja ekstra keras untuk menguasai mata kuliah bersangkutan.
Semua tergantung cara berpikir guru, sukses tidaknya murid tergantung gurunya. bahkan Yohanes surya mengatakan “Di indonesia ini tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanyalah anak yang belum memiliki kesempatan diajar oleh guru yang baik.”s

0 comments:

Posting Komentar